Selasa, 14 Januari 2014

Teori Gestalt

BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang
          Hakekat pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa serta siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran akan bermakna apabila melibatkan siswa secara aktif, baik aktif secara fisik maupun secara mental (Sharifah Maimunah, 2001:8). Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana yang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan inovasi-inovasi pembelajaran yang dimiliki, guru dapat menciptakan suasana belajar yang mengaktifkan siswa secara fisik dan mental, merangsang kreatifitas siswa untuk terus mengembangkan kreatifitasnya baik itu mengenai pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta siswa serta mampu menciptakan suasana gembira atau menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya motivasi dan minat belajar dalam pembelajaran.
     Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai kausalitas dari proposisi-proposisi. Ibarat sebuah bangunan yang tersusun atas fakta, variabel, konsep, dan proposisi.
        Belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun sifat-sifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respons terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
         Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi suatu kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori Gestalt ini termasuk teori Cognitif. Adapun hukum pokok Gestalt yaitu hukum Pragnas. Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian , yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan  yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik , keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya.
1.2     Rumusan Masalah
1.2.1  Bagaimana biografi tokoh-tokoh penemu Teori Gestalt?
1.2.2  Apakah pengertian Teori Gestalt?
1.2.3  Bagaimana kegunaan dari Teori Gestalt?
1.2.4  Apa manfaat Teori Gestalt?

1.3     Tujuan Penulisan
1.3.1  Untuk mengetahui apa itu Teori Gestalt.
1.3.2  Untuk mengetahui cara penggunaan Teori Gestalt.
1.3.3  Untuk mengetahui manfaat dari teori Gestalt.

  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Biografi Penemu Teori Gesta
2.1.1  Teori Max Wertheimer
Max Wertheimer (1880 - 1943)
Max Wertheimer dilahirkan di Praha, 15 April 1880. Ayahnya adalah seorang guru dan direktur sebuah sekolah komersial. Max belajar hukum selama lebih dari dua tahun, namun memutuskan untuk belajar filsafat. Ia belajar hukum di Universitas Praha 1898-1901, dan menjadi tertarik dalam psikologi, filsafat, dan fisiologi.  Dari tahun 1901-1904 dia belajar dan menerima gelar doktor pada tahun 1905. Dia melakukan penelitian lebih lanjut dalam psikologi di Praha, Frankfurt, dan Vienna. Tahun 1910 -1914 dia bekerja dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka mengembangkan konsep dasar teori Gestalt. Percobaan Wertheimer  sekarang terkenal pada gerakan jelas, bahwa gerakan yang kita lihat saat, dalam kondisi tertentu, dua benda diam disajikan dalam suksesi di tempat yang berbeda (fenomena akrab dalam gambar bergerak). Ini adalah awal dari psikologi Gestalt, sebuah revolusi besar dalam pemikiran psikologis. Ia menjabat sebagai profesor psikologi di University of Frankfurt dari 1929 - 1933, dan bermigrasi ke Amerika Serikat pada 1933. Lalu bergabung dengan fakultas Sekolah baru untuk penelitian sosial di New York City dan tinggal di sana selama sepuluh tahun. Pada tahun 1943 dia menyelesaikan karyanya. Hanya tiga minggu kemudian ia meninggal karena serangan jantung. Wertheimer dimakamkan di pemakaman Beechwood di New Rochelle, New York.
        Wertheimer adalah inti dari trio awal Teori Gestalt Jerman (dengan Koffka dan Kohler). Ide-idenya menampilkan pandangan bahwa pemikiran hasil dari keseluruhan ke bagian, memperlakukan masalah secara keseluruhan, dan mengizinkan seluruh perintah atau mendominasi bagian. Ini adalah sintesis pendekatan daripada pendekatan analitis. Wertheimer berpikir reduksionisme yaitu masalah mendasar dari waktunya, dia tertarik dalam sifat pemecahan masalah.  Teori Gestalt punya ide sentral dari "pengelompokan", atau aspek-aspek rangsangan visual dan lainnya yang menyebabkan subjek menafsirkan masalah atau peristiwa persepsi dengan cara tertentu.
        Dalam model Wertheimer, pemikiran asli dimulai dengan masalah. Struktural fitur dan persyaratan ketegangan menyebabkan masalah, ketegangan yang menghasilkan vektor yang meminta individu untuk memodifikasi situasi di arah perbaikan. Proses penyelesaian masalah adalah untuk melanjutkan dari gestalt yang buruk ke yang lebih baik.

2.1.2  Biografi Kurt Koffka
Kurt Koffka adalah seorang psikolog Jerman yang lahir di Berlin dari keluarga yang telah dibedakan untuk lebih dari satu generasi dalam profesi hukum. Selama 1 periode Koffka menghabiskan satu tahun, dari tahun 1904-1905, di Edinburgh, menyempurnakan perintah-nya dari Inggris dan mengakrabkan diri dengan psikologi Inggris, kemudian sebagian besar bagian dari filsafat dan fisiologi. Selama 1908-1909, ia menjadi asisten di laboratorium psikologis Johannes von Kries di Freiburg, dan pada 1909-1910 ia menjadi asisten di Wiirzburg. Dalam perjalanannya mengembangkan teori gestal kurt koffka bersama rekannya max Wertheimer dan wolfgang kohler banyak sekali mendapatkan pengalaman-pengalaman. Baik itu yang berupa kritikan dari orang-orang dan lain sebagainya.

2.1.3  Biografi Wolfgang Kohler
Wolfgang Kohler, dilahirkan dalam sebuah keluarga Jerman 21 Januari 1887 di Reval, Estonia. Kohler belajar di universitas Tubingen dan Bonn. Di Universitas Berlin, di mana ia meraih gelar Ph.D. (1909), Kohler mempelajari psikologi dan fisika di bawah bimbingan Karl Stumpf dan Max Planck. Dimulai pada tahun 1910 Kurt Koffka Kohler bergabung di Institut Psikologi di Frankfurt sebagai subjek untuk percobaan Max Wertheimer, yang menjadi dikenal sebagai fenomena phi. Ketiga pria kemudian bekerja pada merumuskan teori psikologi Gestalt mereka disebut ("keseluruhan"), yang ditangani dengan kemampuan otak untuk melihat objek secara keseluruhan. Kohler meninggalkan Frankfurt pada tahun 1913 untuk menjadi direktur stasiun penelitian antropoid untuk Prussian Academy of Sciences di Tenerife di Kepulauan Canary. Selama enam tahun berikutnya ia belajar kemampuan simpanse 'untuk memecahkan masalah. Penelitian tentang persepsi, baik hewan dan manusia, akan membentuk bagian penting dari sisa karirnya. Kohler kembali ke Jerman pada tahun 1920. Dia ditunjuk direktur bertindak dan kemudian profesor dan direktur Institut Psikologi di Universitas Berlin, di mana ia tetap sampai 1935.
2.2     Pengertian Teori Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa jerman. Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi suatu kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori Gestalt ini termasuk teori Cognitif. Teori gestalt ini juga mendapatkan sumbangan  oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Contoh gestalt adalah sebuah melodi, melodi bergantung pada hubungan yang terbentuk diantara nada-nada itu sendiri.
2.3     Cara Penggunaan Teori Gestalt
          Teori gestalt banyak juga dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:
1.             Kedekatan posisi (proximity)
2.             Kesamaan bentuk (similiarity)
3.             Penutupan bentuk
4.             Kesinambungan pola (continuity)
5.             Kesamaan arah gerak (common fate)
Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola-pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan.
2.3.1  Prinsip Teori Gestalt
1.       Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai  perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground: Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2.         Principle of Proximity (prinsip pendekatan): bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3.          Principle of Similarity (prinsip persamaan): individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu dapat berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
4.             Principle of Objective Set (prinsip sasaran penetapan): Organisasi  berdasarkan mental set yang telah terbentuk sebelumnya.
5.       Principle of Continuity (prinsip kesinambungan): Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
6.             Principle of Closure/ Principle of Good Form (prinsip ketertutupan): Bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu objek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
7.         Principle of Figure and Ground: Yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak memilih serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
8.         Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan. Dengan demikian, proses membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.

2.3.2  Hukum Teori Gestalt
          Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan tiga hukum tambahan  (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum – hukum keterdekatan, ketertutupan, dan kesamaan.
2.3.2.1        Hukum Pragnaz
          Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian , yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan  yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik , keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya. Medan pengamatan, jadi juga setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai sifat dinamis, yaitu cendrung untuk menuju keadaan Pragnaz itu , keadaan seimbang. Keadaan yang problematis adalah keadaan yang tidak Pragnaz, tidak teratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri, dan sebagainya dan pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan kedalam struktur medan atau hal itu dengan memasukkan  hal-hal yang dapat membawa hal problematis ke sifat Pragnaz.
2.3.2.2        Hukum-hukum tambahan
          Ahli-ahli psikologi Gestalt telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan dan akhirnya mereka menemukan bahwa objek-objek penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu.
1.     Hukum keterdekatan yaitu hukum yang  mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
2.            Hukum ketertutupan yaitu hukum yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
3.       Hukum kesamaan yaitu hukum yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
         Selain dari hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori belajar gestalt ini bahwa seseorang dikatakan belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan problem, dimengertinya persoalan; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight.
Adapun timbulnya insight itu tergantung dari :
1.              Kesangupan, maksudnya kesangguapan atau kemampuan intelegensi individu.
2.      Pengalaman, maksudnya karena belajar berati akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight.
3.       Taraf kompleksitas dari suatu situasi, maksudnya dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang dihadapi.
4.       Latihan, maksudnya dengan banyaknya latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.
5.            Trial and eror, maksudnya ketika seseorang itu sering tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
2.3.3  Objek Teori Gestalt
          Teori Gestalt menekankan pada proses-proses intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, dan pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam proses belajar. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan keterhubungan antara komponen yang ada di lingkungannya. Teori Belajar Gestalt berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan masalah. Pekerjaan Gibson sangat dipengaruhi oleh teori Gestalt. Beberapa contoh dari teori gestalt dapat dilihat dari aplikasinya dalam pembelajaran.
2.4     Manfaat Teori Gestalt bagi Pembelajaran :
          Belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil kelompok belajar manusia tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai unutk membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mingkin bernafsu serakah atau mengalami gangguan Psycopaty yang berat watak merusak. manfaat dari mempelajari teori gestalt adalah:
1.        Dapat menimbulkan tingkah laku organisme dengan adanya hubungan antara Stimulus (rangsangan) dengan Respond dapat memperkuat hubungan antara Stimulus dan Respon tersebut.
2.          Seseorang akan dapat berpikir secara lues dan mampu memilah-milah suatu pola-pola yang terpecah agar dapat di gunakan sebagai suatu kesatuan.
2.4.1  Aplikasi Teori Gestalt
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1.    Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2.    Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3.     Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4.     Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5.    Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
  


  
BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan
          Dari uraian materi di atas dapat penulis simpulkan bahwa Teori Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi suatu kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori Gestalt ini termasuk teori Cognitif. Teori gestalt banyak juga dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk serta mempunyai manfaat untuk Belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil kelompok belajar manusia tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan.

3.2     Saran
          Penulis menyarankan supaya pembaca bisa memanfaatkan apa yang telah dipaparkan di makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dan dapat mengembangkan makalah ini sehingga menjadi makalah yang sempurna, yang dapat memberi wawasan dan ilmu pengetahuan kepada generasi berikutnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

  
  
Daftar Pustaka

Henle, M. (1978). One man against the Nazis: Wolfgang Köhler. American Psychologist, 33, 939-944.  Disediakan di www.Learning-Theories.com diakses pada tanggal (3/9/2011)
Koffka, K. (1922). Perception: and introduction to the Gestalt-theorie. Psychological Bulletin, 19, 531-585. Disediakan di http://social-sciences/education -teori-gestalt diakses pada tanggal (05/09/2011)
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Wertheimer, M. (1938). Gestalt theory. In W. D. Ellis (Ed. & Trans.), A source book of gestalt psychology (pp. 1-11). London: Routledge & Kegan Paul. (Orignal work published 1925). disediakan dihttp://en.wikipedia.org/wiki/Learning_theory (diakses pada tanggal 11/09/2011).




0 komentar: