BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakekat pembelajaran merupakan
suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa
serta siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran
akan bermakna apabila melibatkan siswa secara aktif, baik aktif secara fisik
maupun secara mental (Sharifah Maimunah, 2001:8). Oleh karena itu guru harus
mampu menciptakan suasana yang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan inovasi-inovasi pembelajaran yang dimiliki, guru dapat menciptakan
suasana belajar yang mengaktifkan siswa secara fisik dan mental, merangsang
kreatifitas siswa untuk terus mengembangkan kreatifitasnya baik itu mengenai
pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta siswa serta mampu menciptakan
suasana gembira atau menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya
motivasi dan minat belajar dalam pembelajaran.
Teori merupakan
perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa
tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai kausalitas dari proposisi-proposisi.
Ibarat sebuah bangunan yang tersusun atas fakta, variabel, konsep, dan
proposisi.
Belajar merupakan
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun sifat-sifat behavioral
tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu
bukan semata-mata respons terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena
dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang akan
cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi suatu kesatuan
utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori Gestalt ini termasuk
teori Cognitif. Adapun hukum pokok Gestalt yaitu hukum Pragnas. Hukum Pragnaz
ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian , yaitu berarah kepada Pragnaz
itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt
yang baik , keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan,
kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
biografi tokoh-tokoh penemu Teori Gestalt?
1.2.2 Apakah
pengertian Teori Gestalt?
1.2.3 Bagaimana
kegunaan dari Teori Gestalt?
1.2.4 Apa
manfaat Teori Gestalt?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Teori Gestalt.
1.3.2 Untuk
mengetahui cara penggunaan Teori Gestalt.
1.3.3 Untuk
mengetahui manfaat dari teori Gestalt.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Penemu Teori Gesta
2.1.1 Teori Max Wertheimer
2.1.1 Teori Max Wertheimer
Max Wertheimer (1880 - 1943)

Wertheimer adalah inti dari trio awal Teori Gestalt Jerman (dengan Koffka
dan Kohler). Ide-idenya menampilkan pandangan bahwa pemikiran hasil dari
keseluruhan ke bagian, memperlakukan
masalah secara keseluruhan, dan mengizinkan seluruh perintah atau mendominasi
bagian. Ini adalah sintesis pendekatan daripada pendekatan analitis. Wertheimer berpikir
reduksionisme yaitu masalah mendasar dari waktunya, dia tertarik dalam sifat pemecahan masalah.
Teori
Gestalt punya ide sentral dari "pengelompokan", atau aspek-aspek
rangsangan visual dan lainnya yang menyebabkan subjek menafsirkan masalah atau
peristiwa persepsi dengan cara tertentu.
Dalam model Wertheimer, pemikiran asli dimulai
dengan masalah. Struktural fitur dan persyaratan ketegangan menyebabkan
masalah, ketegangan yang menghasilkan vektor yang meminta individu untuk
memodifikasi situasi di arah perbaikan. Proses penyelesaian masalah adalah
untuk melanjutkan dari gestalt yang buruk ke yang lebih baik.
2.1.2 Biografi Kurt Koffka
Kurt Koffka adalah seorang psikolog Jerman yang lahir di Berlin dari keluarga yang telah dibedakan untuk lebih dari satu generasi dalam profesi hukum. Selama 1 periode Koffka menghabiskan satu tahun, dari tahun 1904-1905, di Edinburgh, menyempurnakan perintah-nya dari Inggris dan mengakrabkan diri dengan psikologi Inggris, kemudian sebagian besar bagian dari filsafat dan fisiologi. Selama 1908-1909, ia menjadi asisten di laboratorium psikologis Johannes von Kries di Freiburg, dan pada 1909-1910 ia menjadi asisten di Wiirzburg. Dalam perjalanannya mengembangkan teori gestal kurt koffka bersama rekannya max Wertheimer dan wolfgang kohler banyak sekali mendapatkan pengalaman-pengalaman. Baik itu yang berupa kritikan dari orang-orang dan lain sebagainya.
Kurt Koffka adalah seorang psikolog Jerman yang lahir di Berlin dari keluarga yang telah dibedakan untuk lebih dari satu generasi dalam profesi hukum. Selama 1 periode Koffka menghabiskan satu tahun, dari tahun 1904-1905, di Edinburgh, menyempurnakan perintah-nya dari Inggris dan mengakrabkan diri dengan psikologi Inggris, kemudian sebagian besar bagian dari filsafat dan fisiologi. Selama 1908-1909, ia menjadi asisten di laboratorium psikologis Johannes von Kries di Freiburg, dan pada 1909-1910 ia menjadi asisten di Wiirzburg. Dalam perjalanannya mengembangkan teori gestal kurt koffka bersama rekannya max Wertheimer dan wolfgang kohler banyak sekali mendapatkan pengalaman-pengalaman. Baik itu yang berupa kritikan dari orang-orang dan lain sebagainya.
Wolfgang
Kohler, dilahirkan dalam sebuah keluarga Jerman 21 Januari 1887 di Reval,
Estonia. Kohler belajar di universitas Tubingen dan Bonn. Di Universitas
Berlin, di mana ia meraih gelar Ph.D. (1909), Kohler mempelajari psikologi dan
fisika di bawah bimbingan Karl Stumpf dan Max Planck. Dimulai pada tahun 1910
Kurt Koffka Kohler bergabung di Institut Psikologi di Frankfurt sebagai subjek untuk percobaan Max Wertheimer, yang
menjadi dikenal sebagai fenomena phi. Ketiga pria kemudian bekerja pada
merumuskan teori psikologi Gestalt mereka disebut ("keseluruhan"),
yang ditangani dengan kemampuan otak untuk melihat objek secara keseluruhan. Kohler
meninggalkan Frankfurt pada tahun 1913 untuk menjadi direktur stasiun
penelitian antropoid untuk Prussian Academy
of Sciences di Tenerife di Kepulauan Canary. Selama
enam tahun berikutnya ia belajar kemampuan simpanse 'untuk memecahkan masalah. Penelitian tentang persepsi, baik hewan dan manusia,
akan membentuk bagian penting dari sisa karirnya. Kohler kembali ke
Jerman pada tahun 1920. Dia ditunjuk direktur bertindak dan kemudian profesor
dan direktur Institut Psikologi di Universitas Berlin, di mana ia tetap sampai
1935.
2.2 Pengertian Teori Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa jerman. Gestalt merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa seseorang
akan cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat disekitarnya menjadi suatu
kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori Gestalt ini
termasuk teori Cognitif. Teori gestalt ini juga mendapatkan sumbangan oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan
secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler
(1887-1959) yang meneliti tentang insight. Teori gestalt cenderung berupaya
mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Contoh gestalt adalah
sebuah melodi, melodi bergantung pada hubungan yang terbentuk diantara
nada-nada itu sendiri.
2.3 Cara Penggunaan Teori Gestalt
Teori gestalt banyak
juga dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa
lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk.
Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:
1.
Kedekatan posisi (proximity)
2.
Kesamaan bentuk (similiarity)
3.
Penutupan bentuk
4.
Kesinambungan pola (continuity)
5.
Kesamaan arah gerak (common
fate)
Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan
keteraturan dari pola-pola
yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah
bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan.
2.3.1 Prinsip Teori Gestalt
1. Interaksi antara individu dan
lingkungan disebut sebagai perceptual
field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung
dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground: Oleh karena itu
kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari.
Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2. Principle of Proximity (prinsip pendekatan): bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan(baik waktu maupun ruang)
dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Principle of Similarity (prinsip persamaan): individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai
suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu dapat berupa persamaan bentuk, warna,
ukuran dan kecerahan.
4.
Principle of Objective Set (prinsip sasaran penetapan): Organisasi berdasarkan
mental set yang telah terbentuk sebelumnya.
5. Principle of Continuity (prinsip kesinambungan): Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan
proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang
didapat tidak lengkap.
6.
Principle of Closure/
Principle of Good Form (prinsip ketertutupan): Bahwa orang cenderung
akan mengisi kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Orang akan cenderung melihat suatu objek dengan bentukan yang sempurna dan
sederhana agar mudah diingat.
7. Principle of Figure and
Ground: Yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure
(bentuk) dan ground (latar
belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak
memilih serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai
ground.
8. Pengalaman adalah kejadian yang
dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar
adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus
menerus disempurnakan. Dengan demikian, proses membelajarkan adalah proses
memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.
2.3.2 Hukum Teori Gestalt
Dalam hukum-hukum belajar
Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan tiga hukum
tambahan (subsider) yang tunduk
kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum – hukum keterdekatan, ketertutupan, dan
kesamaan.
2.3.2.1 Hukum Pragnaz
Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala
kejadian , yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang
seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik , keadaan yang seimbang
ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya.
Medan pengamatan, jadi juga setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai
sifat dinamis, yaitu cendrung untuk menuju keadaan Pragnaz itu , keadaan
seimbang. Keadaan yang problematis adalah keadaan yang tidak Pragnaz, tidak
teratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri, dan sebagainya dan
pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan kedalam struktur medan atau
hal itu dengan memasukkan hal-hal yang dapat membawa hal problematis ke
sifat Pragnaz.
2.3.2.2 Hukum-hukum tambahan
Ahli-ahli psikologi
Gestalt telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan dan
akhirnya mereka menemukan bahwa objek-objek penglihatan itu membentuk diri
menjadi Gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu.
1. Hukum keterdekatan yaitu hukum
yang mengatakan bahwa hal hal yang
berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
2. Hukum ketertutupan yaitu hukum
yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
3. Hukum kesamaan yaitu hukum yang
mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
Selain dari
hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori belajar gestalt ini bahwa
seseorang dikatakan belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh
kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalan situasi
tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan problem,
dimengertinya persoalan; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah
mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan
insight.
Adapun timbulnya insight itu tergantung dari :
1.
Kesangupan, maksudnya kesangguapan
atau kemampuan intelegensi individu.
2. Pengalaman, maksudnya karena
belajar berati akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah
munculnya insight.
3. Taraf kompleksitas dari suatu
situasi, maksudnya dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang
dihadapi.
4. Latihan, maksudnya dengan
banyaknya latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight, dalam
situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.
5. Trial and eror, maksudnya ketika
seseorang itu sering tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah
mengadakan percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai
unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
2.3.3 Objek Teori Gestalt
Teori Gestalt menekankan pada
proses-proses intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, dan
pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam proses belajar. Menurut teori
Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah
pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan keterhubungan antara
komponen yang ada di lingkungannya. Teori
Belajar Gestalt berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia,
meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan
masalah. Pekerjaan Gibson sangat dipengaruhi oleh teori Gestalt.
Beberapa contoh dari teori
gestalt dapat dilihat dari aplikasinya dalam pembelajaran.
2.4 Manfaat Teori Gestalt bagi Pembelajaran :
Belajar itu berfungsi
sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan
teknologi hasil kelompok belajar manusia tertindas itu juga dapat digunakan
untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai unutk membuat
senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mingkin bernafsu
serakah atau mengalami gangguan Psycopaty
yang berat watak merusak. manfaat dari mempelajari teori gestalt adalah:
1. Dapat menimbulkan tingkah laku
organisme dengan adanya hubungan antara Stimulus
(rangsangan) dengan Respond dapat
memperkuat hubungan antara Stimulus dan
Respon tersebut.
2. Seseorang akan dapat berpikir
secara lues dan mampu memilah-milah suatu pola-pola yang terpecah agar dapat di
gunakan sebagai suatu kesatuan.
2.4.1 Aplikasi Teori Gestalt
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa
tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses
pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan
tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan
makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan
pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan
alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive
behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi
akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan
yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta
didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya
menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik
dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space);
bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia
berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan
dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan
pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut
pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan
dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan
kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar
akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari
suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian materi di atas
dapat penulis simpulkan bahwa Teori Gestalt merupakan sebuah teori yang
menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan apa yang dia lihat
disekitarnya menjadi suatu kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan
kemiripan. Teori Gestalt ini termasuk teori Cognitif. Teori gestalt banyak juga
dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa
lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk
serta mempunyai manfaat untuk Belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan
kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil kelompok belajar
manusia tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan.
3.2 Saran
Penulis
menyarankan supaya pembaca bisa memanfaatkan apa yang telah dipaparkan di
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dan dapat mengembangkan makalah ini sehingga
menjadi makalah yang sempurna, yang dapat memberi wawasan dan ilmu pengetahuan
kepada generasi berikutnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Henle, M. (1978). One man against the Nazis: Wolfgang Köhler. American
Psychologist, 33, 939-944.
Disediakan di www.Learning-Theories.com
diakses pada tanggal (3/9/2011)
Koffka, K. (1922). Perception: and introduction to the Gestalt-theorie.
Psychological Bulletin, 19, 531-585. Disediakan di
http://social-sciences/education -teori-gestalt diakses pada tanggal
(05/09/2011)
Suryabrata,
Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Wertheimer, M. (1938). Gestalt theory. In W. D. Ellis (Ed. &
Trans.), A source book of gestalt psychology (pp. 1-11). London:
Routledge & Kegan Paul. (Orignal work published 1925). disediakan dihttp://en.wikipedia.org/wiki/Learning_theory
(diakses pada tanggal 11/09/2011).
0 komentar:
Posting Komentar