Sabtu, 25 Januari 2014

Dasa Aksara sebagai Penyeimbang Bhuana Agung dan Bhuana alit

Dasa Aksara sebagai Penyeimbang Bhuana Agung dan Bhuana alit

Oleh
NI Nyoman Adi Handayani
Jurusan Pendidikan Agma Hindu IHDN Denpasar

ABSTRAK
Artikel ini berjudul: “Dasa Aksara sebagai Penyeimbang Bhuana Agung dan Bhuana alit“. Dasa Aksara yang merupakan sepuluh huruf suci dari lambang prabhawa atau manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang bersthana di sepuluh penjuru alam untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Dasa Aksara yang terdiri atas sepuluh aksara suci atau wijaksara, yaitu: Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, dan Yang. Kesepuluh aksara ini berasal dari delapan buah aksara wianjana (sa, ba, ta, na, ma, si, wa, dan ya) dan dua buah aksara suara a dan i. Huruf suci ini merupakan manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang bersthana sesuai dengan arah mata angin, dimana masing-masing arah mata angin dijaga oleh Dewa-dewa (Dewata Nawa Sanggha) beserta saktinya.
Kata Kunci: Dasa Aksara, fungsi dasa aksara, sakti dari dewata nawa sanggha.

I.         Pendahuluan
Dasa Aksara merupakan sepuluh huruf suci dari lambang prabhawa atau manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang bersthana di sepuluh penjuru alam untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Dasa Aksara mampu diaktifkan oleh orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur serta mampu mempergunakan bayu kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.
Dasa Aksara terdiri atas sepuluh aksara suci, yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, dan Yang. Dasa Aksara merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak di dalam tubuh manusia (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung). Dasa Aksara ibarat sebuah Password yang menghubungkan kita dengan lautan energy cosmic. Jadi untuk menarik, mentransfer dan mengharmoniskan energy mahluk dengan energy alam semesta, harus di kuasai Dasa Aksara atau password penghubungnya. Sehingga penggunaan energy ini bisa efektif dipergunakan dalam segala keperluan.
Dalam Bhuana alit (tubuh manusia) dasa Aksara, Sa ditempatkan di jantung, Ba ditempatkan di hati, Ta ditempatkan di lambung, A ditempatkan di empedu, I ditempatkan di dasar hati, Na ditempatkan di paru–paru, Ma ditempatkan di usus halus, Si ditempatkan di ginjal, Wa ditempatkan di pancreas, Ya ditempatkan di ujung hati. Sedangkan pada Bhuana Agung terletak sesuai arah mata angin yang dijaga oleh Dewata Nawa Sanggha.

II.           Pembahasan
2.1         Pengertian Dasa Aksara
Dasa aksara adalah sepuluh huruf suci lambang prabhawa atau manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang berstana di sepuluh penjuru alam untuk menjaga keseimbangan alam ini. Menurut lontar atau buku Usada Tiwas Punggung (Punggung Tiwas), Dasa Aksara ini terdiri atas sepuluh aksara suci atau wijaksara, yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, dan Yang. Kesepuluh aksara ini berasal dari delapan buah aksara wianjana (sa, ba, ta, na, ma, si, wa, dan ya) dan dua buah aksara suara a dan i. Kesepuluh aksara ini dirangkai dalam kata-kata akan terbentuk sebuah kalimat, yang bunyinya sebagai berikut   sabatai nama siwaya. Di mana aksara ‘ING‘ dan ‘YANG‘ berkumpul di tengah sebagai aksara sentral. (Bali Aga, 2006: 146).
 Kalimat sabatai nama siwaya merupakan ungkapan doa untuk memuliakan Dewa Siwa (Nama Siwa ya). Di antara para dewa, Sang Hyang Siwa paling dimuliakan oleh umat Hindu di Bali, karena kebanyakan dari mereka menganut ajaran Siwa Siddhanta. Dewa-dewa yang lain tetap dihormati, tetapi tidaklah semulia dewa Sang Hyang Widhi, karena dewa tersebut merupakan perwujudan Dewa Siwa juga ketika sedang melaksanakan fungsi atau tugasnya.
Bagi mereka yang ingin mempelajari Dasa Aksara ini untuk memahami inti ajarannya dengan benar dan mampu meresapkan ke dalam sanubarinya harus melalui suatu upacara yang disebut Pawintenan Sastra Mautama (Maha Utama), suatu upacara untuk penyucian diri, baik sthula sarira (jasmani) maupun suksma sarira (rohani). Bila hal ini tidak dilaksanakan maka kemungkinan akan mendapat halangan dalam proses pembelajarannya, sehingga tidak tercapai apa yang dituju, sebagai Balian Usada. (Ngurah, 2006: 106).
Ada pula yang memberikan ulasan tentang dasa aksara ini bahwa setiap aksara itu mempunyai arti sendiri-sendiri, yaitu :
1.       Sa berarti satu                           5. I berarti idep
2.       Ba berarti bayu                         6. Nama berarti hormat
3.       Ta berarti tingkah                     7. Siwa berarti Siwa
4.       A berarti awak                          8. Ya berarti yukti
Dengan pengertian seperti itu, maka arti dari dasa aksara ini adalah orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan bayu kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung. (Putra, 2011: 11).

2.2         Hubungan Dasa Aksara dengan Bhuana Alit dan Bhuana Agung
Masing-masing dai aksara ini mempunyai linggih, genah, sthana (tempat, kedudukan) baik di dalam badan manusia (bhuana alit, mikrokosmos), maupun di alam raya (buana agung, makrokosmos). Di tempat linggih, kedudukan, letak atau sthana dari tiap aksara ini bersemayam pula ditempat itu para Dewa, Sang Hyang atau Batara, lengkap dengan lambang warna, senjata dan simbol perwujudanna.
1.   Aksara Sang, pada bhuana alit terletak dipapusuhan jantung (hrdaya) sedangkan pada bhuana agung bersthana di arah Timur (Purwa), Dewanya Hyang Iswara, berwarna putih.
2.   Aksara Bang, pada bhuana alit terletak diati atau hati (yakrta) sedangkan pada bhuana agung bersthana di arah selatan (Daksina), Dewanya Hyang Brahma, berwarna merah.
3.   Aksara Tang di bhuana alit berada di ungsilan atau di buah pinggang, di bhuana agung bersthana di barat (pascima), dengan Sang Hyang Mahadewa sebagai dewanya, dan lambangnya berwarna kuning.
4.   Aksara Ang di bhuana alit berada di Ampru empedu (tikta), di bhuana agung bersthana di sebelah utara (uttara) dengan Sang Hyang Wisnu sebagai dewanya, berwarna hitam.
5.   Aksara Ing di bhuana alit terletak di tengahin ati atau pertengahan hati (yakrt), di bhuana agung bersthana di tengah (madya) dengan dewanya Sang Hyang Siwa, berwarna nila.
6.   Aksara Nang di bhuana alit terletak pada peparu atau Paru (puphusa), pada bhuana agung bersthana di Tenggara (agneya) dengan dewanya Sang Hyang Maheswara, berwarna Dadu.
7.   Aksara Mang di bhuana alit terletak pada Limpa (pliha), pada bhuana agung bersthana di Barat Daya (neriti) dengan dewanya Sang Hyang Rudra, berwarna Jingga.
8.   Aksara Sing di bhuana alit terletak pada Limpa (pliha), di bhuana agung bersthana di Barat laut (wayabya) dengan dewanya Sang Hyang Sangkara, berwarna hijau.
9.   Aksara Wang di bhuana alit terletak pada ineban Kerongkongan (maharsrota), di bhuana agung bersthana di Timur laut (ersania) dengan dewanya Sang Hyang Sambu, berwarna Biru.
Aksara Yang di bhuana alit terletak pada Susunan rangkaian hati (yakrthrdaya), di bhuana agung bersthana di Tengah (madya) dengan Dewanhnya Sang Hyang guru, berwarna Panca Warna. (Tim Penyusun, 2012: 15).
Kalau aksara itu dibaca sesuai arah jarum jam mulai dari timur akan berbunyi  SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA. Ini salah satu bukti bahwa mashab tantrik sangat menyatu dengan sekte siwa, khususnya siwa-sidantha yang menjadi inti ajaran Hindu di Bali. Dimulai dari timur karena timur merupakan ‘hulu’, timurlah ‘matahari (surya) terbit’. Umat Hindu di Bali penganut sekte Siwa-sidanta, selalu memuja Siwa sebagai yang utama, matahari/surya sebagai kekuasaan-Nya, karena itu juga bergelar Siwa-Aditya atau Siwa-Raditya. (Ngurah, 2006: 106).

2.3              Fungsi dari Dasa Aksara
Dasa Aksara berfungsi sebagai penghubung setiap penjuru alam sebagai sumber energy vital alam semesta yang disebut Prana. Prana  adalah lautan energi alam semesta yang terhubung terpusat disetiap penjuru alam semesta (macrocosmos) dan terhubung di setiap organ-organ penting mahluk hidup (microcosmos). Kekacauan atau ketidak harmonisan energy ini menyebabkan hancurnya cosmic dan ketidakharmonisan energi ini dalam tubuh menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Jadi dasa aksara sangat berperan penting untuk terpeliharanya kehidupan yang sehat secara fisik,emosi, mental dan spiritual.
Energi ini harus tetap seimbang dan harmonis. Energy ini sebagai penentu kehidupan semua mahluk dan yang menentukan hidup matinya kehidupan di muka bumi ini. Dasa Aksara ibarat sebuah Password yang menghubungkan kita dengan lautan energy cosmic. Jadi untuk menarik, mentransfer dan mengharmoniskan energy mahluk dengan energy alam semesta, harus di kuasai Dasa Aksara atau password penghubungnya. Sehingga penggunaan energy ini bisa efektif dipergunakan dalam segala keperluan.
Dasa aksara terbentuk dari dua jenis aksara suci, yaitu panca tirta dan panca brahma yang disebut panca tirta, aksara dan fungsinya adalah:  
1.      sang sebagai tirta sanjiwani, untuk pangelukatan (membersihkan).
2.      Bang sebagai tirta kamandalu, untuk pangeleburan (menghancurkan).
3.      Tang merupakan tirta kundalini, utuk pemunah (menghilangkan).
4.      Ang merupakan tirta mahatirta, untuk kasidian (agar sakti).
5.      Ing merupakan tirta pawitra, untuk pangesengan (membakar).
Ini yang dikatakan panca brahma, berada dalam diri manusia. Ini aksaranya :
1)      Nang disimpan di suara berfungsi sebagai benih suara.
2)      Mang disimpan di tenaga berfungsi sebagai kekuatan.
3)      Sing disimpan di hati/perasaan berfungsi sebagai perasa dalam diri atau hati nurani.
4)      Wang disimpan di pikiran berfungsi sebagai alat berpikir.
5)      Yang disimpan di nafas berfungsi sebagai penghirup udara.
Dasa Aksara juga sering disebut sebagai kunci penghubung diri kita dengan kekuatan alam dewata. Dalam doa mantra sering Panca aksara digabungkan dengan Panca Brahma Wijaksara dan ditambah “OM”, sehingga berbunyi dan berfungsi :
a.       OM = Untuk menyebutkan Ida Sang Hyang Tunggal
b.      SA = Sanghyang Sadyojata, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam bagian Timur yang disebut pula sebagai Dewa Iswara.
c.       BA = Sanghyang Bamadewa, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam bagian Selatan yang disebut pula sebagai Dewa Brahma.
d.      TA = Sanghyang Tat Purusa, manifestasi Tuhan menjaga alam bagian Barat. Disebut juga Dewa Mahadewa.
e.       A = Sanghyang Aghora, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam bagian Utara, yang disebut pula Dewa Wisnu.
f.       I = Sanghyang Isana, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Tengah-Tengah. Yang disebut pula Dewa Siwa.
g.      NA= Sanghyang Mahesora, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Tenggara.
h.      MA = Sanghyang Rudra, manisfestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Barat Daya.
i.        CI = Sanghyang Sangkara, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Timur Laut.
j.        WA = Sanghyang Sambhu, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Timur Laut.
k.      YA = Sanghyang Ciwa, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Tengah-tengah. (http://www.tejasurya.com/artikel-anggota/46/137-gayatry-mantra-vs-dasa-aksara.html).

2.4              Sakti Dewata Nawa Sangga (Dasa Aksara)
Pemuja pengikut Tantrisme mengelu-elukan Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Dewata Nawa Sanggha dengan harapan diberi kekuatan dan kesempurnaan hidup serta mendapat vibrasi dari kesaktian para Dewa yang menguasai delapan penjuru mata angin (horizontal) dan satu vertikal, lengkap dengan senjata, warna, dan aksara-nya.
Agar lebih mudah mempelajari arah, pura, aksara, senjata, warna, urip, pancawara, saptawara, sakti dan wahana yang berhubungan dengan Dasa Aksara akan dijelaskan sebagai berikut :
1.     Dewa Wisnu
Arah Utara/Uttara, Pura  Batur, aksara Ang, senjata Cakra, Warna hitam, urip   4, Panca Wara Wage, Sapta Wara Soma, Sakti  Dewi Sri, Wahana Garuda, Fungsi Pemelihara.
2.      Dewa Sambhu
Arah Timur Laut/Airsanya, Pura Besakih, Aksara Wang, Senjata Trisula, Warna Biru/Abu-Abu, Urip 6, Panca Wara Sapta Wara Sukra, Sakti Dewi, Mahadewi, Wahana Wilmana.
3.      Dewa Iswara
Arah Timur/Purwa, Pura Lempuyang, Aksara Sang, Senjata Bajra, Warna Putih, Urip 5, Panca Wara Umanis, Sapta Wara Redite, Sakti Dewi Uma, Wahana   Gajah Putih.
4.      Dewa Maheswara
Arah Tenggara/Ghnenya, Pura Goa Lawah, Aksara Nang, Senjata Dupa, Warna Dadu/Merah Muda, Urip 8, Panca Wara Sapta Wara Wrhaspati, Sakti   Dewi Laksmi, Wahana   Merak
5.      Dewa Brahma
Arah Selatan/Daksina, Pura Andakasa, Aksara Bang, Senjata Gada, Warna Merah, Urip 9, Panca Wara Paing, Sapta Wara Saniscara, Sakti Dewi Saraswati, Wahana Angsa, Fungsi Pencipta.
6.      Dewa Rudra
Arah Barat Daya/Nairiti, Pura Uluwatu, Aksara Mang, Senjata Moksala, Warna Jingga, Urip 3, Panca Wara Sapta Wara Anggara, Sakti Dewi, Samadhi, Wahana Kerbau Putih
7.      Dewa Mahadewa
Arah Barat/Pascima, Pura Batukaru, Aksara Tang, Senjata Naga Pasa, Warna   Kuning, Urip 7, Panca Wara Pon, Sapta Wara Buda, Sakti Dewi Sanci, Wahana   Naga
8.      Dewa Sangkara
Arah Barat Laut/Wayabhya, Pura Puncak Mangu, Aksara Sing, Senjata, angkus, Warna Hijau/Welis, Urip 1, Panca Wara Sapta Wara Sukra, Sakti   Dewi Rodri, Wahana Singa.
9.      Dewa Siwa
Arah Tengah/Madya, Pura Besakih, Aksara Ing/Yang, Senjata Padma, Warna   Panca Warna, Urip 8, Panca Wara Kliwon Sapta Wara, Sakti Dewi Durga, Wahana Lembu, Fungsi Pelebur. (http://www.dewata-nawa-sanga/9-.html).

III.             Penutup
Simpulan dari tulisan ini adalah bahwa, Dasa Aksara atau sepuluh huruf suci lambang prabhawa atau manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang berstana di sepuluh penjuru alam untuk menjaga keseimbangan alam ini. Ke sepuluh arah penjuru mata angin dijaga oleh Dewata Nawa Sanga (dasa aksara) beserta saktinya dalam menjaga dan melindungi alam semesta agar tetap seimbang sehingga kehidupan di jagat raya ini dapat berlangsung dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA


Artha Putra D. Nym. Suyadnya. 2011. Kelahiran Umat Manusia ke Dunia sebagai Karunia Tuhan. Singaraja.
Bali Aga Tim. 2006. Ragam Istilah Hindu. Denpasar: Bali Aga.
Nale Ngurah. 2006. Aksara Bali dalam Usada. Surabaya: paramita.
Tim Penyusun. 2012. Bahan Ajar Agama Hindu SMP Kelas VIII Semester I. Singaraja: UD Laksamana.
Anonim. 2013. Artikel-gayatri-mantra-dasa-aksara. Tersedia pada: http://www.tejasurya.com/artikel-anggota/46/137-gayatry-mantra-vs-dasa-aksara.html. Diakses pada tanggal 17 November 2013.
Anonim. 2011. Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa penguasa Mata Angin. Tersedia pada: http://www.dewata-nawa-sanga/9-.html. Diakses pada tanggal 17 November 2013.


0 komentar: